5 Blunder Prabowo yang Gerus Elektabilitasnya Sendiri

Sejauh ini, hanya Prabowo Subianto yang memiliki kans suara terbanyak untuk melawan Joko Widodo sebagai inkumben jika dibandingkan calon kandidat presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 mendatang. Sayangnya, dari kekuatan dukungan tersebut, justru beberapa kali Prabowo melakukan blunder.
Jokowi sendiri sebagai inkumben terus melanjutkan apa yang telah menjadi komitmennya saat Pemilu 2014 lalu, yaitu membangun Indonesia dan terus bekerja. 
Jokowi juga nampak enggan memberikan tanggapan atau komentar terhadap serangan-serangan partai oposisi, termasuk dari Partai Gerindra dan Prabowo yang dialamatkan kepadanya. 
Sedangkan Prabowo sendiri justru bersikap cenderung destruktif dan terbalik 180 derajat dengan Jokowi. 
Oleh karenanya, jika Prabowo tetap menjadi kandidat kuat sebagai calon presiden di tahun 2019 mendatang, maka akan menjadi satu pertarungan politik menarik untuk diikuti. 
Nah, berikut ini adalah beberapa blunder yang pernah dilakukan Prabowo yang mana justru semakin menggerus kepercayaan masyarakat dan mengurangi elektabilitasnya sendiri.

1. Pengungsi Etnis Rohingya

Pada hari Sabtu (16/9/2017) kemarin, Prabowo beserta staf-stafnya ikut menikmati suasana santai di kawasan sekitar Monas, Jakarta Pusat. Banyak orang yang juga datang ke tempat tersebut untuk melepas penat setelah satu minggu beraktivitas. 
Hanya saja, pada saat banyak orang yang ingin bersantai, justru Prabowo berorasi di tempat tersebut dengan mengkritisi Pemerintah Indonesia yang telah memberikan bantuan kemanusiaan terkait dengan apa yang dialami oleh para pengungsi Etnis Rohingya. Menurut Prabowo, apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia hanyalah pencitraan saja.
Dari orasi tersebut, maka bermunculan berbagai komentar yang mana tidak sedikit mengatakan bahwa justru ucapan Prabowo itu adalah bentuk blunder yang dibuatnya sendiri. Banyak orang yang awalnya respek dan kagum, dikarenakan ucapannya yang terasa ngawur, justru kini akhirnya berbalik memusuhinya.

2. Indonesia Bubar

Pada hari Rabu (28/3) kemarin, di hadapan ratusan kader dan simpatisan Partai Gerindra yang datang ke Ballroom Hotel Apita, Jalan Tuparev, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Prabowo mengungkapkan bahwa pada tahun 2030 nanti, Indonesia akan bubar.
Apa yang diungkapkan Prabowo terkait bubarnya Indonesia pada tahun 2030 tersebut dilandasi tulisan pada sebuah buku berjudul “Ghost Fleet: a Novel of The Next World War” karangan pengamat politik dan kebijakan sekaligus penulis terkenal dari Amerika Serikat, Peter Warren Singer dan August Cole.
Hanya saja, buku berjudul “Ghost Fleet: a Novel of The Next World War” ini adalah novel fiksi yang menggambarkan segala situasi dunia yang kacau. Disebutkan pula banyak negara yang akan bubar, termasuk Indonesia di dalamnya. 
Tentu saja, kembali para pengamat politik berkomentar tentang ucapan Prabowo tersebut. Banyak yang menganggap blunder Prabowo kali ini sangat parah karena berani memprediksikan Indonesia bubar dari sebuah novel fiksi dan tidak ada data resmi yang mendukungnya. 
Bahkan ucapan Prabowo terkait Indonesia bubar ini juga pernah dilontarkan pada acara bertajuk “Konferensi Nasional dan Temu Kader” yang digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada tanggal 18 September 2017 lalu.

3. Salat Istikharah

Pada saat menjelang digelarnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serempak pada hari Rabu (27/6) besok ini, sebelumnya Prabowo pernah mengatakan agar semua pihak yang ingin pasangan calonnya menang untuk melakukan salat Istikharah. 
Menjadi satu hal yang patut dipertanyakan, terutama bagi seseorang selevel Prabowo di mana dia yang mengaku beragama Islam ternyata tidak dapat membedakan jenis-jenis salat. Hal tersebut menjadi satu blunder lagi yang diciptakan Prabowo.

4. Mark Up LRT

Ketika Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya membangun dan memberikan layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia termasuk dalam hal ini adalah pembangunan Light Rail Transit (LRT) , justru Prabowo dengan mudah mengatakan bahwa ada mark up pada pengerjaan proyek tersebut. 
Prabowo juga menuding bahwa yang melakukan mark up adalah Pemerintah Indonesia sendiri.
Namun ketika diberikan bukti bahwa proyek LRT Indonesia ini termasuk salah satu yang paling murah di dunia, Prabowo mengatakan bahwa dia mendapatkan data dan informasi tersebut dari Gubernur DKI Jakarta sekarang, Anies Baswedan. 
Sedangkan ketika dikonfirmasi, Anies justru menyuruh wartawan mencari bukti sendiri.

5. Penggalangan Dana

Kembali satu blunder Prabowo lahir ketika bulan-bulan mendekati Pilpres 2019 semakin dekat, justru dia melalui video rekaman yang diunggahnya di akun Facebook pribadinya mengajak semua pihak untuk melakukan penggalangan dana yang mana nantinya akan digunakan Partai Gerindra sebagai dana kampanye dirinya.
Tentu saja dengan pernyataan tersebut, banyak orang yang menganggap bahwa Prabowo sudah bangkrut dan tidak memiliki dana lagi untuk terus melanjutkan ‘perang’ menuju Pilpres 2019 mendatang. Walaupun sudah dibantah oleh pihak Partai Gerindra, namun tidak sedikit yang masih menganggap bantahan itu Cuma akal-akalan belaka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *